Siak, Detikriaunews.com - Calon bupati dan wakil bupati Siak nomor urut satu Irving-Sugianto menawarkan solusi tepat untuk masalah pertanian khususnya sawah di Kabupaten Siak.
Program yang ditawarkan ialah pengelolaan hasil panen padi yang akan dikelola sendiri oleh badan usaha daerah dan pemerintah.
Kabupaten Siak merupakan wilayah lumbung pangan secara nasional, ada empat kecamatan yang menjadi lokasi persawahan yaitu Bungaraya, Sungai Mandau, Sabak Auh dan Sungai Apit. Masing-masing wilayah berbeda luasnya dan hasil panennya, dari empat wilayah itu jumlah persawahan di Siak mencapai 8.000 hektare dengan hasil per tahun mencapai 29-40 ribu ton gabah kering.
Namun fenomenanya, gabah kering tersebut dijual ke luar daerah dengan harga murah, sebab di Siak belum ada pengolahan gabah kering menjadi beras sendiri. Hal ini yang selalu menjadi keluhan petani dan masyarakat umum yang mengeluh soal harga beras di Siak mahal padahal punya lumbung pangan.
Menanggapi itu, calon wakil bupati Siak nomor urut satu, Sugianto akan membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang khusus menangani masalah pengelolaan hasil panen gabah, distribusi hingga penjualan bahan pokok di Siak.
Sugianto menerangkan ada beberapa faktor harga beras di Siak tinggi. Salah satunya karena saat ini pemerintah kabupaten dinilai belum memberi perhatian penuh terkait pengelolaan lumbung pangan, akibatnya harga bahan pokok terutama beras dan minyak goreng cenderung tinggi jika dibandingkan dengan DKI Jakarta.
"Harga beras dan minyak goreng di Siak saat ini cenderung mahal jika dibandingkan dengan Kota Jakarta, padahal Jakarta tidak punya sawah atau pun kebun kelapa sawit. Sementara di Siak ada lumbung pangan nasional seperti di Kecamatan Bungaraya, Sabak Auh, Sungai Apit dan Sungai Mandau," katanya.
Mantan Anggota DPRD Provinsi Riau 2 periode ini menjelaskan, saat ini yang terjadi hasil panen gabah dari Siak langsung dibeli distributor dan dibawa ke Sumatra utara, diolah di sana lalu kembali ke Siak sudah dalam bentuk beras.
"Nah proses ini memakan biaya tambahan, ini yang menjadikan beras di Siak cukup mahal," ujarnya.
Dari pengalamannya studi banding ke Jakarta, di sana dia temukan ada BUMD PT Food Station yang berperan sebagai pusat informasi perberasan nasional dan pasar induk beras.
PT Food Station ini ternyata yang memodali pertanian sawah di sekitar Jakarta seperti di Jawa Barat, Lampung, Jawa Timur, mereka punya penggilingan sendiri. Jadi semua gabah mereka yang nampung.
Terinspirasi itu, Paslon Irving-Sugianto ingin bentuk sebuah BUMD yang mengelola hasil gabah dari dari petani di Siak menjadi beras, tidak lagi dijual ke luar.
"Nanti BUMD itu memiliki Re smiling (penggiling padi), hasil gabah petani dibeli oleh BUMD dengan harga pantas lalu gabah tadi diproses sendiri. sehingga itu memangkas biaya produksi dan membantu petani juga tentunya," jelas Sugianto.
Keuntungan lainnya juga Siak bisa membuat brand (merek) beras sendiri dengan kualitas terbaik dan BUMD tadi juga membantu mendistribusikan dan menjual ke luar daerah.
"Sekarang kan gini, gabah dari Siak ongkos ke Medan sudah berapa itu? kemudian balik ke Siak sudah jadi beras merek lain dengan harga di atas standar berbeda Rp2-3 ribu dari Kota Jakarta," ulasnya.
Selain itu, dengan adanya Re smiling juga diuntungkan karena terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Siak.
"Nah Ini yang menjadi salah satu program kerja kami, kami punya solusi, nanti kami mau buat BUMD khusus pangan itu," ungkapnya.
Dia menyebut, pembangunan di daerah akan lebih cepat jika ada dukungan dari pusat, dukungan bisa berupa anggaran atau kebijakan. Menurutnya jika pembangunan hanya mengandalkan APBD saja tidak akan cukup, sementara perlu ada pembangunan di setiap kecamatan.
"Ini pentingnya pemimpin yang tahu dengan solusi masalah rakyatnya, punya koneksi, punya pengalaman, dan punya wawasan serta kerja nyata," ujarnya.(HUT)